Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

Perilaku Menyontek dan Angka Bunuh Diri di Indonesia

Gambar
Bunuh diri merupakan masalah besar yang terjadi di berbagai belahan dunia, bahkan Internasional Association of Suicide Prevention (IASP) memprediksi pada tahun 2020 di setiap 20 detik akan ada 1 orang yang tewas akibat bunuh diri. Angka yang sangat mengkhawatirkan, terlebih belakangan ini kasus bunuh diri sudah bukan menjadi hal yang luar biasa di Indonesia. Menurut penelitian World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, dan dengan sedikit penyempurnaan pada tahun 2018, Indonesia menempati posisi ke 159 dalam hal kasus bunuh diri. Rinciannya, dalam satu tahun, dari 100.000 orang terdapat 3,7 orang yang melakukan aksi bunuh diri. Angka tersebut belum termasuk tingkat percobaan bunuh diri yang gagal, dan ide-ide bunuh diri yang urung dilaksanakan. Tentu ada banyak kemungkinan dari alasan seseorang mengakhiri hidup, tapi inti dari semua alasan itu adalah rasa tidak percaya diri dalam mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi, dan suka ataupun tidak, hal tersebut memiliki k

Pelangi untuk Hujan

Gambar
Hujan berjalan meninggalkan orang yang paling ia cintai. Ia tahu arti semua itu, ia akan menjalani semuanya sendirian. Tidak ada lagi telinga, tidak pula dengan kalimat tanya. Ia benar-benar berjalan dengan iringan suara di belakangnya.  "Hujan, nanti aku akan mencarimu lagi setelah mendapatkan pelangi." Hujan masih tak habis pikir dengan tingkah kekasihnya itu. Bila sudah ingin memberi, sedikit saja, kekasihnya pasti keras kepala. Tak bisa diberi tahu kalau selalu ingin membahagiakan terkadang bisa membahayakan. "Hujan, nanti pelangi itu untukmu kok." Kekasih hujan sebenarnya sangatlah manis, ia selalu ingin memberi apa yang belum hujan miliki, sebesar apapun resikonya, ia pasti akan mengambilnya. Tak ada yang lebih disukainya lagi selain bercerita tentang pengorbanan dan pencapaian sambil bersandar di bahu hujan. "Hujan, aku janji, setelah kudapatkan pelangi, kita akan berpelukan lagi." Cinta adalah duri yang tak pernah bisa digenggam seluruh bagiannya:

Dear Jane - Percakapan Epsilon

Gambar
  "Jane, boleh aku masuk ke dalam matamu?" "Kenapa?" "Aku ingin menikmati telaga yang ada di dalam mata itu." "Telaga apa?" "Telaga tenang yang mengusik pikiranku untuk masuk di kedalaman rahasiamu." "Rahasia mana lagi?" "Pokoknya aku ingin masuk ke sana, Jane." "Boleh, tapi kamu harus janji untuk tidak berlama-lama." "Kenapa?" "Aku takut kamu malah tenggelam di telaga itu." Aku tersenyum. Pupil matamu membesar, hitamnya bagaikan langit malam yang sunyi, hitam yang tak bisa semua orang mengerti. Aku benar-benar masuk ke sana, ke dalam matamu yang indah.  Bandung, Januari 2021.

Dear Jane - Manusia Tanpa Kepala

Gambar
Jane, aku tidak tahu apa yang terjadi. Seingatku tadi, aku sedang bermimpi mengunjungi kafe yang penuh akan keindahan, dinding-dindingnya terdiri dari pemandangan cahaya kota, lampu-lampu kuningnya berbaris menyenangkan di atas kepala, sekali, dua kali, berkali-kali mengerlip menggoda, seolah mengajak jatuh cinta pada siapa saja yang tiba. Lalu aku duduk di tepian, memilih menu dan mengamati sekitar. Aku melihat banyak muda-mudi yang berpura-pura menikmati, lalu mereka mendadak jadi dirinya sendiri ketika riuh ber- selfie . Tetapi tidak semua, ada juga beberapa meja lain yang tahu cara menikmati keindahan selain keindahan dirinya sendiri. Ponsel mati, mata sayu, dan suara sendu menjadi tanda betapa tenangnya mereka malam ini... atau mungkin betapa lelahnya mereka di kehidupan ini. "Mas, pesan apa?" Tiba-tiba pelayan menginterupsi pikiranku. " Double espresso , dan tiga keping kue kering." Pelayan itu tersenyum dan pergi. Senyuman yang cenderung bersimpati, senyuman

Dear Jane - Satu (Dalam Dirimu)

Gambar
Malam sedang gembira saat kita duduk-duduk di atas cahaya. pada wajahmu ada merah yang membelah bulan, dan senyum yang mengikat malam jadi terang. Sementara beberapa bintang tak ingin ketinggalan untuk naik pelan-pelan, menyalakan matamu yang pernah padam oleh kematian.  Jane. Bumi selalu berputar terbalik ketika tetesan hujan itu menerbangkanku padamu. Aliran sungai yang terpecah, merubah dirinya jadi bulir sepi, lalu terbang terbalik di antara udara yang dingin, mengeraskan pijakan pada awan yang kembali hitam. Dan angka-angka pada jam tangan semakin ingin pulang ketika petir-petir bergemuruh riang, tertawa pada waktu yang masih saja diam-diam ingin memisahkan. Percuma. Sia-sia. Atas nama sekian ujian, kita tak pernah benar-benar terpisah. Diselingi riak samudera, kita mengudara senantiasa. Berjarak kemajuan alam raya, perasaan ini tak kunjung ikut menua, maka benarlah manusia-manusia yang bertanya pada waktu: bagaimana caranya berpisah di saat, yang sebenarnya terjadi, waktu sendiri