Kritik Film KKN di Desa Penari: Melestarikan Inferioritas Masyarakat Desa
Prolog Berbicara tentang film horor Indonesia, maka tak bisa lepas dari apa yang masyarakat percaya tentang sebuah cerita, baik meliputi latar tempat, waktu dan perasaan yang terbangun pada masing-masing pelakunya. Menurut Askurifai Baksin (dalam Membuat Flim itu Gampang, 2003), film horor Indonesia cenderung diangkat dari tradisi, adat, ritual, menampilkan keadaan yang benar-benar dialami masyarakat setempat. Ketegangan, kerisauan, kejijikan, dan berbagai ketidakmasukakalan yang disuguhkan dalam film-film horor merupakan situasi yang berkembang dalam masyarakat. Jika dicermati lebih jauh, film horor di Indonesia dapat menjadi penggambaran dari nilai dan kepercayaan suatu masyarakat, yang jika formula itu dibalik, maka film horor Indonesia dapat pula berguna sebagai pembangunan brand image (citra) suatu masyarakat dan tempat. Citra adalah gambaran atau pemikiran banyak orang terhadap sesuatu yang identik dan diyakini kebenarannya. Menurut Sutojo (dalam Membangun Citra Perusahaan, 2